Adalah Aku Mata Pensil Penghabisan
Adalah aku mata pensil penghabisan
Berdoa di selip lipatan-lipatan kertas kusam
yang tergores riuh redam sejarah pemberontakan
Adalah aku mata pensil penghabisan
Berdoa di selip lipatan-lipatan kertas kusam
yang tergores riuh redam sejarah pemberontakan
Aku bocah merah putih duduk di bawah mentari Aku bocah merah putih berdiri di permukaan bumi Aku bocah merah putih berlari mengejar seutas mimpi menyongsong udara, membelah kali menerobos semak duri demi cita yang...
Jika semangat itu dicuri oleh kesibukan-kesibukan
Carikan lagi ia hingga dapat kembali kau genggam
Dan tempatkan lagi ia dalam ruangmu
Kunci ia dengan kedekatan pada-Nya
Penjarakan ia dengan niat ikhlas karena-Nya
Serentetan sesuara sumbang muntah dari moncong senapan
Kelabu halimun durhaka merongga menusuk relung harapan
Menyirat semua riak fragma terhunus reruncing di balik dipan:
Jeritan selinangan oase air mata dari butir-butir mata bertatapan
Kemudian melupakan fajar
meninggalkan panggilan
terlelap dalam nyanyian minggu yang nyaring dalam mimpimu
sementara jasadmu, jiwamu, kamu terkurung dalam tawa-tawa mereka.
Kemana?
Mana candaan yang mematikan itu?
Dimana aku memadamkannya?
Kau terus saja tanyakan tapi tak kunjung ada jawaban.
Hilang.
Barusan aku sampai
Dari perjalananku
Teduduk dan kaku di sudut kamarku
Termenung
Merasakan denyut nadiku
Merasakan aliran nafasku
Merasakan dingin panas hawa-hawa yang selalu menemaniku
Jarak-jarak berembun
Butir peluh bukti penat
Sejak malam berjaga-jaga
Mengintai malapetaka dalam senyap